Dari Jakarta ke Bali: Pertumbuhan Lapangan Padel di Indonesia

Dari Jakarta ke Bali: Pertumbuhan Lapangan Padel di Indonesia – Beberapa tahun terakhir, masyarakat Indonesia mulai akrab dengan istilah padel. Olahraga raket yang lahir di Meksiko ini memadukan unsur tenis dan squash, dimainkan berpasangan di lapangan lebih kecil dengan dinding kaca di sekelilingnya. Keunikan padel adalah permainannya yang seru, ritme cepat, namun relatif mudah dipelajari, sehingga siapa pun bisa menikmatinya—baik atlet berpengalaman maupun pemula yang baru mencoba olahraga raket.

Padel masuk ke Indonesia sekitar tahun 2021, ketika sejumlah klub olahraga dan komunitas mulai memperkenalkannya di Jakarta. Dengan gaya permainan yang atraktif dan atmosfer sosial yang kuat, padel cepat mendapat perhatian. Tidak hanya orang-orang yang sudah terbiasa dengan tenis, tetapi juga kalangan muda yang mencari aktivitas olahraga sekaligus rekreasi.

Popularitas padel di Indonesia juga dipengaruhi oleh tren global. Di Eropa, khususnya Spanyol dan Italia, padel menjadi salah satu olahraga paling cepat berkembang. Banyak selebriti, pesepakbola, hingga pebisnis memainkan olahraga ini. Fenomena internasional ini membawa pengaruh langsung ke Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bali, yang memiliki komunitas kosmopolitan serta infrastruktur olahraga yang terus berkembang.

Hal menarik dari padel adalah sifatnya yang inklusif. Tidak seperti tenis yang membutuhkan teknik tinggi sejak awal, padel relatif ramah bagi pemula. Rakets yang ringan, bola yang lebih lembut, serta lapangan berdinding kaca justru membuat permainan lebih menyenangkan. Inilah yang membuat padel bukan hanya olahraga kompetitif, tetapi juga wadah bersosialisasi. Banyak klub padel di Indonesia mengemas kegiatan mereka dengan suasana santai: bermain sambil berjejaring, diakhiri dengan sesi nongkrong.

Seiring semakin dikenalnya padel, mulai muncul turnamen-turnamen kecil di Indonesia. Komunitas di Jakarta, misalnya, rutin menggelar pertandingan persahabatan yang diikuti puluhan pasangan. Dari sana, semangat kompetisi tumbuh, memunculkan atlet-atlet lokal yang berpotensi mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.


Pertumbuhan Lapangan dan Komunitas dari Jakarta hingga Bali

Jika beberapa tahun lalu lapangan padel di Indonesia bisa dihitung dengan jari, kini jumlahnya melonjak pesat. Data per 2025 mencatat lebih dari 130 lapangan padel sudah berdiri di berbagai daerah, dengan konsentrasi terbanyak di Jabodetabek. Jakarta menjadi pionir dengan berdirinya klub-klub modern yang mengusung konsep sports lifestyle. Banyak di antaranya menawarkan fasilitas lengkap: lapangan berstandar internasional, kafe, ruang komunitas, bahkan program pelatihan untuk semua usia.

Pertumbuhan ini tidak lepas dari meningkatnya minat masyarakat perkotaan yang mencari variasi olahraga baru. Padel menjadi pilihan menarik karena bisa dimainkan dalam durasi singkat—sekitar satu jam—namun tetap membakar banyak kalori. Selain itu, olahraga ini juga dianggap trendy karena lekat dengan gaya hidup sehat yang modern.

Setelah Jakarta, Bali menjadi destinasi kedua yang berkembang pesat. Sebagai pusat wisata internasional, Bali memiliki daya tarik tersendiri bagi komunitas ekspatriat dan wisatawan mancanegara yang sudah familiar dengan padel. Banyak klub padel berdiri di sekitar Canggu, Seminyak, hingga Uluwatu. Lapangan-lapangan ini sering dirancang dengan sentuhan tropis: terbuka, hijau, dan berpadu dengan suasana pantai. Tidak sedikit turis yang memasukkan sesi padel ke dalam agenda liburan mereka, menjadikan olahraga ini bagian dari Bali experience.

Selain Jakarta dan Bali, kota-kota lain mulai ikut serta. Surabaya, Bandung, dan Medan melirik padel sebagai potensi industri olahraga baru. Beberapa pusat kebugaran bahkan sudah merencanakan pembangunan lapangan sebagai bagian dari fasilitas mereka. Tren ini menunjukkan bahwa padel bukan sekadar fenomena sesaat, melainkan olahraga dengan prospek jangka panjang di Indonesia.

Komunitas padel pun berkembang dinamis. Media sosial dipenuhi dengan akun-akun komunitas yang membagikan jadwal bermain, turnamen, hingga tips teknik. Banyak pula aplikasi pemesanan lapangan bermunculan, memudahkan orang untuk menemukan partner dan jadwal bermain. Hal ini menunjukkan bagaimana padel tidak hanya tumbuh secara fisik melalui lapangan, tetapi juga secara digital sebagai gaya hidup baru.

Dukungan dari sektor swasta turut mempercepat perkembangan. Beberapa brand besar mulai melirik padel sebagai peluang sponsor, baik dalam bentuk turnamen maupun fasilitas. Dengan adanya dukungan finansial dan promosi, padel semakin dikenal luas di masyarakat. Bahkan ada wacana menjadikan Indonesia tuan rumah turnamen padel regional Asia Tenggara, yang tentu bisa mendongkrak citra negara di kancah internasional.

Meski pertumbuhan pesat, tantangan tetap ada. Biaya pembangunan lapangan padel relatif tinggi karena butuh standar khusus, mulai dari ukuran hingga material kaca yang kokoh. Selain itu, padel masih harus memperluas jangkauan ke masyarakat yang belum familiar. Edukasi dan akses menjadi kunci agar olahraga ini tidak hanya populer di kalangan menengah ke atas, tetapi juga bisa dinikmati lebih banyak orang.


Kesimpulan

Padel di Indonesia kini sedang berada di fase emas pertumbuhan. Dari Jakarta yang menjadi pionir hingga Bali yang memadukan olahraga dengan pariwisata, jumlah lapangan dan komunitas terus berkembang. Popularitasnya bukan hanya karena tren global, tetapi juga karena karakter padel yang menyenangkan, mudah dimainkan, dan mampu menghadirkan sisi sosial yang kuat.

Dengan semakin banyaknya lapangan, komunitas yang solid, serta dukungan dari sektor swasta, padel punya potensi besar menjadi olahraga baru favorit masyarakat Indonesia. Tantangan biaya dan akses memang ada, namun jika dikelola dengan baik, padel bisa berkembang lebih merata ke berbagai kota di tanah air.

Pada akhirnya, padel bukan hanya soal olahraga, tetapi juga simbol gaya hidup modern yang sehat dan inklusif. Dari Jakarta hingga Bali, dari komunitas kecil hingga turnamen besar, pertumbuhan padel menandai babak baru dalam dunia olahraga Indonesia—sebuah perjalanan yang kemungkinan baru saja dimulai.

Scroll to Top